Ngerutip - Sebuah pertanyaan besar bagi kita, bagaimana Bali bisa menjadi perhatian dunia. Bagi sebagian orang, mungkin jawabannya sederhana, Bali memiliki aset alam yang indah. Benar adanya, namun belum semuanya. Keindahan alam Pulau Bali ternyata masih bisa disaingi oleh
keindahan alam Raja Ampat, Lombok , Bunaken, dan Pulau Belitung. sama-sama memiliki pantai yang pantai yang bersih, pasir yang putih dan laut yang biru. Lalu apakah yang menjadi nilai lebih wisata Pulau Dewata ???
Budaya, masyarakat Bali berhasil mengemas keragaman dan keunikan budaya mereka menjadi sesuatu yang menjual dan menarik perhatian masyarakat dunia. Kenyataannya, perpaduan keindahan alam dan pesona budaya menjadi suatu formula wisata yang apik dan saling melengkapi. Beranjak dari kondisi yang sama, Kota Bandung melakukan hal yang sama. Kota seribu komunitas, juga sangat jeli melihat sesuatu yang bisa menjual dalam bisnis pariwisata. Bandung tidak punya pantai seindah Bali, Raja Ampat atau Belitung, tapi mereka punya komunitas seni, budaya dan hobi, lalu dibumbui pesona kuliner mereka yang unik dan dikemas menarik.
Belitung punya apa ??
Kita punya pantai yang indah, laut yang bersih, dan pasir pantai yang putih. Tapi sesudah turis ke pantai, mereka sudah kehabisan alasan untuk tetap stay in Belitong. Mereka tidak bisa melihat pertunjukan seni tari atau budaya lainnya yang masyarakat Bali pertontonkan 3 kali dalam sehari, atau melihat komunitas seni angklung di Bandung setiap harinya. Sedikit bersyukur sekarang kita punya penangkaran Tarsius di Batu Mentas untuk sedikit mendukung pariwisata Belitung, bagaimana dengan penyu hijau langka, Kupu-Kupu Gunung Tajam, Tupai Selat yang kita punya ??. Lalu kapan turis bisa melihat pertunjukan Dulmulok, Campak, Antu Bubu, Tarian Suku Sawang yang dimainkan setiap hari oleh pemuda dan pemudinya atau melihat pembuatan parang Badau yang terkenal itu ??
Apakah Belitung bisa ??
Sangat bisa, kita punya keunikan budaya yang tidak kalah menarik dibandingkan daerah wisata yang sudah berkembang lebih dulu. Kita punya modal yang sangat potensial, pesona alam yang indah, seni budaya melayu yang menarik, dan dipadu dengan keanekaragaman marga satwa yang unik. Sebuah konsep perpaduan wisata yang cukup menjanjikan.
Bagaimana caranya ??
Bangkitkan semangat mencintai budaya sendiri melalui komunitas-komunitas seni dan budaya. Ada dua jalur, melalui jalur pemerintahan dan melalui jalur kemasyarakatan. Melalui jalur Pemerintahan dapat di rintis melalui sektor pendidikan dan kompetisi. Masukkan materi seni dan budaya lokal dalam kurikulum sekolah, perlahan-lahan akan terbentuk komunitas-komunitas seni dari kalangan pelajar. Hal ini tidak hanya sekedar untuk melestarikan budaya, tetapi juga meransang generasi muda untuk mencintai seni dan budaya sendiri. Tinggallah pemerintah menyelenggarakan kompetisi-kompetisi lokal untuk memotivasi mereka terus berinovasi dalam bidang seni budaya. Berikan intans-intansi pendidikan keleluasaan untuk menampilkan performance mereka ke publik, sehingga turis pun punya alasan untuk tinggal lebih lama di Belitung.
Jalur kedua, melalui kegiatan kemasyarakatan. saat ini sangat sulit sekali menemukan komunitas seni dan budaya yang eksis di Belitong, kalaupun ada, dapat dipastikan mereka adalah sekelompok orang tua yang dianggap ketinggalam jaman oleh generasi muda sekarang. Inilah yang harus diperbaiki, mental masyarakat kita dalam melihat seni dan budaya. Sedikit sekali saat ini, ada orang tua yang mau mengenalkan anaknya kepada seni dan budaya lokal. Bahkan tidak sedikit yang antipati ketika anaknya mulai menyenangi suatu seni dan budaya lokal. Masyarakat kita cenderung mencekoki anak-anak mereka dengan ilmu akademis semata, tapi melalaikan kearifan lokal yang ada. Sehingga generasi kita kehilangan jati diri, dan muncullah komunitas-komunitas yang gemar melakukan anarkisme dan westernisme.
Berbuatlah lebih dulu, dan biarkan orang lain menilai. Di era ini sulit sekali menemukan orang-orang yang luar biasa, seperti seorang petani yang bisa membangun sekolah gratis, Saung "angklung"Kang Udjo, pelajar yang peduli toilet umum bersih, komunitas pejalan kaki, atau barisan sapu bersih ranjau paku di Jakarta, yang mau berbuat secara mandiri. Yang kita punya hanya komunitas-komunitas untuk mencairkan dana pemerintah dan berumur pendek. Negara ini masih berdiri, bukan karena kelihaian para elite politik yang sering muncul di televisi, tetapi masih ada komunitas-komunitas yang mendedikasikan diri mereka untuk kemaslahatan masyarakat secara mandiri dan tanpa pamrih. Yakinlah, Belitong punya orang-orang seperti itu...* danu_belitong@yahoo.com
0 Komentar