Beijing - Masih dalam rangkaian backpacking in China, hari ketiga aku putuskan untuk pergi ke great wall atau yang biasa kita kenal dengan istilah tembok cina. Sebuah keajaiban dunia yang bisa terlihat dari luar angkasa. Tentu tembok besar cina merupakan destinasi wajib bagi turis yang mengunjungi Beijing. Tak hanya itu, penduduk cina sendiri terus berdatangan untuk melihat salah satu keajaiban dunia ini. Great wall adalah kebanggaan sekaligus kepedihan yang dalam bagi bangsa cina. Tak sekedar tentang kehebatan dan keperkasaan bangsa cina dalam membangun bangunan luar biasa ini pada jaman itu, tetapi juga banyak menyimpan cerita sedih dari banyaknya korban yang berjatuhan. Tentu itu semua tergantung dari sudut mana kita melihatnya.
Pagi sekali aku sudah berangkat dari Hostel, berbekal petunjuk dari sebuah Buku yang aku bawa dari Indonesia dan beberapa artikel di internet. Dari stasiun Qianmen aku menuju Stasiun Jishuitan, dari situ
dilanjutkan dengan berjalan kaki ke arah kanan dan menyeberang menggunakan jembatan penyeberangan. Lalu terus berjalan ke arah kanan menuju Deshengmen untuk menunggu bus nomor 877 / 919. Tapi di tengah jalan aku bertemu dengan sebuah bus yang siap berangkat ke Great Wall, tiketnya lumayan terjangkau, ¥30 untuk tiket pergi pulang dan belum termasuk tiket masuk great wall. Tiket Great Wall sebesar ¥40 di musim biasa dan ¥45 di musim liburan. Semula tour leader tidak mau mengajakku masuk ke dalam grup, karena aku tidak bisa berbahasa mandarin. Mungkin dia takut nanti susah untuk berkomunikasi denganku karena dia tidak bisa berbahasa inggris. Namun setelah aku membujuk dengan kata "Please " berulang kali, aku pun dipersilahkan naik. Tak berapa lama bis pun berangkat.
dilanjutkan dengan berjalan kaki ke arah kanan dan menyeberang menggunakan jembatan penyeberangan. Lalu terus berjalan ke arah kanan menuju Deshengmen untuk menunggu bus nomor 877 / 919. Tapi di tengah jalan aku bertemu dengan sebuah bus yang siap berangkat ke Great Wall, tiketnya lumayan terjangkau, ¥30 untuk tiket pergi pulang dan belum termasuk tiket masuk great wall. Tiket Great Wall sebesar ¥40 di musim biasa dan ¥45 di musim liburan. Semula tour leader tidak mau mengajakku masuk ke dalam grup, karena aku tidak bisa berbahasa mandarin. Mungkin dia takut nanti susah untuk berkomunikasi denganku karena dia tidak bisa berbahasa inggris. Namun setelah aku membujuk dengan kata "Please " berulang kali, aku pun dipersilahkan naik. Tak berapa lama bis pun berangkat.
Eng ing eng...guide pun mulai berkata-kata dalam bahasa mandarin, dan tidak satupun yang aku mengerti. Haha..aku cuma senyum-senyum sendiri menyadari bahwa aku telah terperangkap dan tidak ada yg bisa ku ajak bicara. Jadi inget perjalanan dari Vietnam ke Kamboja dulu. Namun dapat kupahami bahwa dia meminta uang untuk tiket masuk great wall dan aku lun menberikannya dengan senyum, karena guide hanya bisa garuk-garuk kepala ketika tiba giliranku.
Sekitar 1 jam perjalanan kami pun sudah dapat melihat barisan pegunungan, artinya sudah mulai memasuki wilayah Badaling. Bus berhenti tepat di depan loket penjualan tiket di pintu masuk. Kami di berikan waktu selama 2 jam untuk mengeksplore Great Wall. Aku pun mulai berjalan memasuki salah satu gerbang yang menjadi pintu masuk ke atas tembok atau mungkin lebih tepatnya adalah benteng. Aku disambut oleh sejumlah meriam tua dan angin yang bertiup kencang dari atas sini.
Gila..!! Hanya kata itu yang pertama kali keluar dari mulutku. Bagaimana bisa mereka membuat bangunan sebesar ini dan sepanjang ini di jaman itu. Sangat masuk akal bila semua ini di bangun di jaman sekarang dengan kecanggihan dan teknologi, tapi di jaman itu sungguh luar biasa. Bukan hanya dari segi strukturnya, tetapi juga kondisi geografis berupa pegunungan tentu bukanlah barang mudah untuk membangun ini semua. Jelas ini adalah sebuah bangunan yang lahir dari sebuah ambisi yang luar biasa.
Aku duduk di salah satu sudut dan merenungi betapa luar biasanya tempat ini. Tak pernah terbayang dalam hidupku, kini aku berada disini. Ratusan ribu kilometer dari pulau kecil yang bernama Belitong. Bahwa ternyata dunia itu luas dan memiliki sesuatu yang hebat-hebat di luar sana. Subhanallaah....
Aku kembali menuju bus sebelum waktu yang diberikan habis, sekedar untuk mengurangi rasa khawatir guideku. Bus pun dilanjutkan dengan mengunjungi souvenir shop dan kami dipaksa untuk turun semua. Hehe..biasalah..trik travel untuk mendapatkan fee dari pemilik toko souvenir. Lumayan dapet fee 10% dari total yang berbelanja. Aku hanya berjalan menyusuri lapak-lapak jajanan tanpa membeli sebuah produk pun. Hehe..belum berani shopping..takut ga bisa pulang ke Indonesia..haha
Tujuan akhir bus ini adalah Bird Nest Stadium, yaitu sebuah stadium nasional kebanggaan bangsa cina yang dipakai pada Olimpiade di Beijing lalu. Ternyata pilihanku tak salah, dapet bonus ke bird nest stadium. Bus berhenti tepat di depan Ice Cube yang bersebelahan dengan stadium. Jadi anda tinggal menyeberang jalan dan berjalan kearah kanan menuju pintu masuk sekitar 400 meter. Tempat ini sangatlah luas dan rapi. Ribuan orang berkumpul setiap harinya sekedar untuk refreshing atau berolahraga. Yang paling menarik perhatian adalah bentuk stadium yang unik seperti sarang burung, ditambah lagi di dinding bagian luar dipasangi screen digital yang berfungsi sebagai layar yang besar. Diujung lapangan ini adalah stasiun subway Olympic Sports Center, sehingga tidak perlu repot untuk bisa pulang. Mumpung masih ada waktu tidak ada salahnya jika malam ini aku menghabiskan waktu di pusat kuliner Wangfujing Streets.
Backpacking To China : Beijing - Wangfujing Street