Siem Riep - Hijaunya pepohonan dan tenangnya danau menyambut kedatanganku di komplek Angkor Wat. Suasana masih terasa sangat sejuk walaupun para pengunjung sudah ramai berdatangan. Mr. Tee menurunkanku tepat di depan pintu utama angkor wat, dan memberitahuku dimana dia menunggu apabila sudah selesai. Aku masih belum percaya dirinya sepenuhnya, alhasil backpack yang berat harus kubawa masuk ke dalam candi.
Aku menunjukkan tiket kepada petugas yang berjaga di gerbang masuk, jalan panjang diapit danau menuju candi utama. Aku segera mengeluarkan camera mengabadikan momen ini, sayangnya tidak bisa narsis karena solo traveling
dan membawa kamera DSLR yang berat. Cukup kuatir juga bila menyuruh orang untuk mengambil foto diriku dengan menyerahkan kamera kepadanya.
dan membawa kamera DSLR yang berat. Cukup kuatir juga bila menyuruh orang untuk mengambil foto diriku dengan menyerahkan kamera kepadanya.
Alhasil aku hanya bisa menikmati, mengambarkan, memvisualisasikan dan menceritakannya kepada pembaca. Suasana magis masih terasa sangat kental ketika memasuki angkot wat, bau dupa menyengat hidup sedari pintu masuk. Tapi tak tampak kulihat ada yang sedang melakukan kegiatan keagamaan. Hanya beberapa pendupaan yang sengaja di hidupkan di beberapa sudut.
Aku terus berjalan menyusuri angkor wat dan menguntit satu grup rombongan yang sedang dijelaskan oleh guide lokal. Lumayan bisa mendapat penjelasan secara gratis. Pada dinding candi terdapat beberapa relief yang menceritakan perang, raja dan legenda. Beberapa bagian candi sudah melalui proses pemugaran, namun tetap berusaha untuk mempertahankan bentuk aslinya. Di beberapa bagian masih terdapat missing part, menandakan candi ini benar-benar sudah di makan usia.
Lelah juga berputar-putar di candi utama ini dengan carrier di belakang, duduk sebentar menikmati pemandangan tak ada salahnya. Berbagai turis mancanegara tampak hilir mudik hampir di seluruh kawan candi. Di bagian belakang candi utama ini ternyata masih ada sebuah candi lagi, tetapi rasanya lelah untuk berjalan kesana, cukup melihatnya dari lensa camera.
Setelah cukup beristirahat aku putuskan untuk mencari pengganjal perut, jika tidak salah ada warung makan dekat Mr. Tee menunggu. Aku berjalan keluar dan duduk disalah satu warung terdekat. Kali ini tak banyak pilihan makanan, seperti biasa untungnya ada nasi goreng vegetables. Sedikit ragu dengan rasa dan kehalalannya, namun kuharap rasanya enak dan halal.
Setelah makan dan beristirahat sejenak, aku menghampiri Mr.Tee yang sedang asyik duduk di ayunan tali dalam tuk-tuknya. Kami melanjutkan perjalanan ke candi selanjuynya yang berjarak tak jauh dari sini, setelah melewati pintu gerbang besar dan beberapa candi kami akhirnya berhenti di beberapa komplek candi yang lumayan luas. Kali ini aku tinggalkan saja carrier beratku dalam tuk-tuk dan hanay membawa ransel kecil untuk barang-barang berhargaku.
Terdapat beberapa candi besar dan beragam bentuknya. Beberapa candi bahkan tidak boleh dimasuki karena masih dalam proses pemugaran. Aku sedikit lupa nama-nama candinya, karena memang dalam bukan dalam bahasa ibuku. Yang aku ingat hanyalah candi gajah, dimana ada suatu bagian yang konon katanya sebagai perlintasan gajah-gajah penjaga.
Setelah berkeliling hampir diseluruh candi di kawasan kedua ini, aku masih penasaran akan candi yang terkenal lewat film Tomb Rider. Candi Tomb memang terletak agak jauh dari pintu masuk utama, sayangnya ketika aku akan masuk tiba-tiba saja batre kamera habis. Akhirnya aku memutuskan untuk menunda masuk ke dalam dan lebih memilih mencari tempat mengecas batre kamera sekaligus istirahat.
Mr. Tee kemudian mengantarkan aku ke salah satu restaurant terdekat, disana aku habiskan waktu untuk makan siang dan beristirahat di ayunan tali. Para gadis-gadis kecil penjaja souvenir mulai berdatangan. Berbagai aksesoris ditawarkannya dan rata-rata berhaga $1, aku baru ngeh mengapa kamboja disebut sebagai negeri 1 dollar. Para penduduk sini selalu mudah mengatakan 1 dollar apabila anda bertanya dengan ucapan " How Much ?". Aku membeli beberapa gelang dan souvenir, demi menyuruh mereka pergi agar aku bisa beristirahat.
Aku tertidur beberapa saat di ayunan tali, setelah batre terisi penuh kami melanjutkan perjalanan ke Angkor Tomb. Candi ini memang menjadi idola Wisata candi di Kamboja. Candi yang hampir roboh di kalahkan oleh akar pohon ini, justru menjadi keunikan tersendiri. Para ahli tampak bekerja keras mempertahankan candi tetap berdiri tanpa harus melepaskan cengkraman akar pepohonan.
Akhirnya kesampaian juga aku ketempat ini, walau harus bersusah payah dan kurang tidur. Beberapa jam aku habiskan disini untuk beristirahat dan mengabadikan keunikan yang dibenjuk oleh alam ini. Sebelum akhirnya aku keluar dan diantarkan oleh Mr.Tee ke bandara Siem Riep untuk penerbangan ke Bangkok. Terima kasih Kamboja , Terima kasih Mr.Tee dan semua kenangan sehari di Siem Riep. Semoga suatu saat aku kembali. (Danu Belitong)