The Famous Sigiriya dari puncak Pidurangala |
THEBERATA.COM - Guesthouse tidak menyediakan sarapan, Aku
berjalan kaki sekitar 5 menit dan menemukan ke sebuah warung kecil yang
menyajikan kue-kue dan teh hangat. Ada donat rasa cakwe dan surabi ala srilanka,
tidak terlalu aneh untuk lidah indonesia. (Sarapan LKR 200 / Rp. 15.000,-)
Setelah sarapan kami bergegas ke
guesthouse, tampak sebuah skuter sudah siap dengan 2 helm di depan kamar. Kami
menyewa Skuter dengan harga LKR 1.500 / hari (Rp. 100.000,- / Hari). Harga
tersebut lumayan mahal untuk ukuran Sri lanka, anyway kami tak begitu
perhitungan mengingat mereka juga harus mendapatkan profit dan komisi.
Kami bersiap jaket dan jas hujan, maklum
cuaca di bulan Oktober kurang begitu bersahabat dan berubah drastis. Kami
berangkat, Juli didepan karena memiliki SIM Internasional, apalah dayaku yang
hanya punya SIM daerah. Jangan Internasional, di Jakarta aja kadang suka
sepelein sama pak polisi.
My Beautiful Driver |
Belum jauh berkendara, kami langsung saja
dihadapkan patung Budha Besar disebelah kiri jalan. The Golden Budha Temple,
tertulis dipapan namanya. Kami singgah sebentar sekedar mengambil sejumlah
foto.
Disebelah kiri Budha ada jalan ke Dambulla
Cave Temple yang terkenal, tapi kami sarankan untuk tidak mengikuti jalur itu,
karena nantinya harus turun kembali untuk membeli tiket di seberang bukit.
Kami mengambil jalan memutar menggunakan
sepeda motor, sekitar 15 menit kami sampai di pintu utama Dambulla Cave Temple.
Disini kita harus membeli tiket seharga LKR 1.500 / orang dan berjalan
mengikuti tangga yang terjal ke atas bukit.
Temple Cave tampak dari luar. |
Tak usah khawatir, pemandangannya cukup
indah dan udaranya lumayan sejuk. Sesekali juga harus berhadapan dengan pasukan
kera liar, namun tidak perlu takut karena mereka tidak akan terlalu mengganggu.
Baca Juga : 9 Hari Jelajahi Eksotisnya Srilanka
Setelah berjuang menaklukkan tangga-tangga
yang terjal, tibalah kami di Dambulla Cave Temple. Para turis akan diarahkan
untuk menitipkan sendalnya dan berpakaian yang sopan. Laki-laki wajib bercelana
yang menutupi lutut dan tidak mengenakan topi atau penutup kepala. Sedangkan
perempuan sebaiknya mengenakan celana yang menutupi lutut dan bahu.
Foto disalah satu sudut ruangan |
Dambulla Cave Temple terbagi menjadi 3
bagian, yang masing-masing memiliki kekhasan masing-masing. Temple ini masih
digunakan untuk berdoa bagi sejumlah penganut agama Budha, konon disini juga
ada Holy water yang selalu mengalir setiap harinya.
Berhubung harga tiket sudah lumayan mahal,
jadi kami tidak punya budget lagi untuk membayar guide yang akan
menjelaskannya. Anyway kami hanya sekedar melihat-lihat dan kagum dengan
situasi yang ada. Bagi yang ingin tahu lebih, boleh mencarinya diinternet
tentang keunikan temple ini.
Setelah merasa cukup mengeskplore Cave
Temple, kami pun memutuskan turun setelah oengunjung mulai ramai. Sebelum melanjutkan perjalanan, kami sempatkan untuk menikmati jus segar pada
sebuah warung di parkiran
Kami melanjutkan perjalanan ke Sigiriya,
sebuah tempat wisata yang terkenal dan diakui oleh UNESCO sebagai salah satu
warisan peradaban dunia. Sigiriya merupakan bukit yang diatasnya pernah
dibangun semacam istana oleh raja, disini kamu harus meniti tangga-tangga
terjal untuk bisa sampai ke atasnya.
Danau Kandalama |
Kami tak memilih jalur melewati jalan
utama, namun memilih jalur yang melewati Danau Kandalama. Danau ini cukup
besar, disalah satu tepiannya dijadikan masyarakat sebagai tempat untuk
berenang, piknik atau memancing. Kami parkirkan kendaraan disisi jalan dan
singgah sebentar menikmati keindaahan danau.
Selang 30 menit, kami melanjutkan
perjalanan ke Sigiriya. Rencananya kami akan menuju Pidurangala Rock, berjarak
sekitar 2 km setelah Sigiriya Ancient Rock Fortress. Disini kami hanya membayar
LKR 500 / Orang untuk bisa masuk ke Pidurangala Rock Temple, lebih murah
daripada harus membayar $35 / orang di Sigiriya Ancient Rock Fortress.
Hujan turun sesaat kami tiba di parkiran
Pidurangala Temple, kami terpaksa berteduh disalah satu bangunan disekitar
situ. Meski kami membawa jaket dan jas hujan, namun bila cuaca tak hujan akan
lebih baik. Untungnya hujan sedikit reda dan memungkinkan kami melanjutkan
perjalanan.
Jalur menuju puncak Pidurangala |
Untuk bisa mencapai puncak Pidurangala Rock
pun tak terbilang mudah, dibutuhkan waktu sekitar 40-50 menit untuk bisa
mencapai puncaknya. Jalur hiking-nya cukup menantang di 500 meter terakhir,
Kami pun harus merangkak disela-sela batu.
Baca Juga : 9 Hari Jelajahi Srilanka - Day 1 (Jakarta, Kuala Lumpur, Colombo)
Disarankan untuk mengenakan pakaian yang nyaman untuk hiking dan tidak dianjurkan bagi yang membawa anak kecil dibawah 5 tahun.
Baca Juga : 9 Hari Jelajahi Srilanka - Day 1 (Jakarta, Kuala Lumpur, Colombo)
Disarankan untuk mengenakan pakaian yang nyaman untuk hiking dan tidak dianjurkan bagi yang membawa anak kecil dibawah 5 tahun.
Aku dan Juli dengan background The Sigiriya |
Namun tentu saja semuanya terbayar lunas, disini
kami bisa memandang luas dan berfoto dengan latar belajang the famous Sigiriya.
Sungguh pemandangan yang luar bisa dari atas sini, kamu seakan dapat melihat ke
seluruh wilayah Dambulla. Sangat dianjurkan untuk para photographer.
Baca Juga : 9 Hari Jelajahi Srilanka - Day 2 (Exploring Colombo)
Baca Juga : 9 Hari Jelajahi Srilanka - Day 2 (Exploring Colombo)
Angin bertiup cukup kencang ketika kami
diatas, awan pun mendung bak laki-laki tua yang sedang muram. Terkadang gerimis
datang dan pergi tanpa kesan. Off Season segera dimulai.
Gerimis makin jadi, kami putuskan untuk
segera turun. Hingga sampai ke parkiran hujan pun tak kunjung reda, kami
putuskan untuk terus melanjutkan perjalanan.
Dan kami pun harus berhenti sejenak Italian
Cappucino Coffeeshop di perjalanan pulang tak jauh dari Sigiriya. Setelah
menikmati segelas cappucino panas dan sandwich, kami pun kembali menerjang
derasnya hujan malam hari di Dambulla, Sri Lanka.
9 pm kami tiba di sekitar Richwinn Villa
dalam keadaan basah kusup dan kelaparan. Dan akhirnya kami memutuskan untuk
berhenti sejenak disebuah warung kecil untuk makan malam. Juli memesan Kotu
(Sejenis Kwetiaw goreng tapi dipotong kecil-kecil), aku mencoba sejumlah Surabi
dan Kari.
Selesai makan malam hujan tak jua reda,
sudah kepalang basah, hajar terus!.
Tiba di Villa hujan tiba-tiba berhenti, dan kami hanya bisa tertawa. Pemilik kos menghampiri untuk mengambil kunci skuter dan kami pun meminta total bill seluruhnya karena kelebihan 1 malam.
Tiba di Villa hujan tiba-tiba berhenti, dan kami hanya bisa tertawa. Pemilik kos menghampiri untuk mengambil kunci skuter dan kami pun meminta total bill seluruhnya karena kelebihan 1 malam.
Setelah mandi, langsung tidur.
Baca Juga : 9 Hari Jelajahi Srilanka - Day 4 ( Kandy, Nawaraella, Ella )
Baca Juga : 9 Hari Jelajahi Srilanka - Day 4 ( Kandy, Nawaraella, Ella )
0 Komentar